Jakarta, CNBC Indonesia
– Serangan terhadap
dua kapal tanker di Teluk Oman, Kamis (13/6/2019), dapat membuat harga minyak mendadak naik
tajam.
Namun, para analis juga memperingatkan bahwa perselisihan dagang antara Amerika
Serikat (AS) dan China yang belum jelas ujungnya yang dikombinasikan dengan
ketegangan di Timur Tengah bisa membuat harga minyak Brent bergerak di kisaran
lebar US$50 hingga US$100 per barel.
Perang dagang dikhawatirkan dapat melemahkan permintaan energi akibat laju pertumbuhan
ekonomi yang melambat.
Setelah anjlok hingga 4% akibat tingginya pasokan minyak AS pada Rabu, harga
minyak melesat hingga 2% sehari setelahnya menyusul laporan
Tanker minyak Front Altair dan Kokuka Courageous telah mengalami kerusakan
akibat kebakaran hebat dan krunya telah dievakuasi. Kokuka Courageous, sebuah
kapal tanker kimia yang dimuat di Arab Saudi dan sedang dalam perjalanan ke
Singapura, terbakar pada saat yang sama dengan tanker Front Altair sebelum jam
6:00 pagi waktu setempat.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Iran ada di belakang serangan
kapal tanker tersebut.
Serangan itu adalah yang kedua yang melibatkan kapal pengangkut minyak dalam
waktu sebulan terakhir di dekat Selat Hormuz yang merupakan jalur pengiriman
minyak tersibuk di dunia, dilansir dari CNBC International.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 2,2% ke US$52,22 per
barel pada Kamis sementara Brent juga melompat 2,2% ke US$61,31 per barel.
“Anda berada di
kisaran harga US$60 atau US$80. Jika ini semua tentang perang dagang dan
ekonomi mandek, harga minyak akan menuju US$60,” kata Helima Croft, kepala
strategi komoditas global di RBC, dilansir dari CNBC International.
Ia mengatakan gesekan geopolitik dapat membuat harga minyak Brent melejit
hingga US$80 terutama jika kekhawatiran terkait perang dagang mereda.
“Saya tidak mengatakan kita tengah masuk jebakan, namun kita tengah menuju
ke sana,” kata John Kilduff, partner di Again Capital. Ia mengatakan harga
minyak menuju US$50 sebelum kabar serangan itu beredar.
Bank of America Merrill
Lynch bahkan memperkirakan jika situasi di Timur Tengah memanas dan perang
dagang mereda, harga minyak mentah Brent bisa menyentuh hingga US$100 per
barel.
Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya berencana bertemu Presiden China Xi
Jinping pada pertemuan G20 di Jepang akhir bulan nanti. Bila ada tanda-tanda
perjanjian dagang kedua negara akan tercapai, sentimen tersebut dapat menjadi
pendorong harga minyak naik lagi, kata Croft.
PANGAN DAN PERTAHANAN NEGARA
Logistik tidak dapat memenangkan pertempuran. Tetapi tanpa logistik pertempuran tidak dapa…